One Year Process to Fly High... (Part 1)


“All is sent to across our path for a reason, not by any accident at all”, Saya setuju sekali dengan statement bijak ini. Karena sejatinya tidak ada yang kebetulan di perjalanan ini, semua sudah diatur oleh-Nya di lauful mahfuz.

SMA Unggulan Chairul Tanjung Foundation, Sebuah sekolah hebat dimana aku mengajar selama dua tahun terakhir ini. Sekolah dimana semua cerita panjangku ini berawal...

Sarah and me
Aku diterima sebagai tenaga pengajar bahasa Inggris di CTF pada awal juli 2014. Di tahun yang sama, sekolah tersebut juga memulai program baru bahasa Inggris, English Teaching Assistanship (ETA). Sebuah program kerjasama dengan AMINEF-Fulbright yang mendatangkan penutur asli bahasa inggris (native speaker) dari Amerika Serikat. Di tahun yang sama, aku ditunjuk pihak sekolah sebagai guru pendamping ETA untuk mengampu mata pelajaran bahasa Inggris di kelas X. Aku berusaha semaksimal mungkin untuk bisa bekerjasama dengan Sarah Jayne Mc.Clanaahan, English Teaching Assistant yang berasal dari negara bagian Iowa. Beliau adalah sosok easy going yang bukan hanya berperan sebagai co-teacher, tapi teman ngobrol yang asyik. Beliau jugalah yang membuka cakrawala internasionalku untuk terus maju ke depan.
Hingga momen itu pun tiba...

Mei 2015, “Guntaro, this is the second chance you have. FLTA Program is extended!”
Beliau tidak henti-hentinya mengingatkanku untuk hal ini.Tanpa harus berpikir panjang, aku pun bergegas menyelesaikan semua persyaratan seperti essay, surat rekomendasi dari profesor dan kepala sekolah, ijazah, transkip, sertifikat TOEFL dan prestasi-prestasi, serta beberapa dokumen lainnya. Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan kedua ini (aku kehilangan kesempatan pertama karena deadline yang tidak terkejar, pada waktu itu skor TOEFL terbaruku belum issued).  Di awal Mei, semua persyaratan telah diselesaikan. 2 surat rekomendasi melalui proses yang tidak mudah, beberapa kali datang ke kampus untuk menjumpai profesor dan beliau sedang tidak di tempat. Begitu halnya dengan essay. Essay dua lembar yang harus dikirim kemana-mana (luar daerah dan luar negeri)  buat masukan ide dan pengayaan materi. hingga akhirnya, DONE!

Agustus 2015,
Senengnya luar biasaaaaaa sewaktu e-mail undangan wawancara itu masuk di inbox. One step ahead. Lari secepatnya ke laboratorium kimia buat ngabari temenku tentang kabar bahagia ini. Pada waktu itu, yang ada di kepala ini cuma kepingin refreshing ke Jakarta (padahal 3 bulan sebelumnya juga baru balik dari Jawa, dasar village! haha). Wawancara akan dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus, atau sekitar dua minggu setelah email pemberitahuan. Itu artinya aku memiliki 2 minggu untuk persiapan. Aku mempersiapkan hal-hal terbaik yang bisa aku persiapkan. Mulai dari browsing pertanyaan-pertanyaan yang sering dipertanyakan di wawancara Fulbright, membaca blog-blog tentang pengalaman interview Fulbright, membuat I-Card yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan essay dan aplikasiku hingga akhirnya latihan wawancara bahasa Inggris bersama dua siswaku, Yoga dan Laila. Aku menjadikan mereka sebagai interviewer dengan membacakan pertanyaan-pertanyaan yang tertera di kartu-kartu wawancara yang sudah aku design.

Bandung, I'm here...
22 Agustus 2015. Aku berangkat ke Jakarta dengan sejuta harapan dan sengaja mengganti jadwal keberangkatan lebih awal dari tanggal keberangkatan seharusnya (24 Agustus) karena aku sadar bahwa aku bukan tipe orang yang bisa mengerjakan sesuatu dengan terburu-buru. Syukurlah, ada sahabat yang tinggal dijakarta (Terimakasih, Arifff) yang bisa aku tumpangi rumahnya selama 3 hari dan berhubung aku anaknya lasak, di tanggal 23 Agustus, aku memberanikan diri mengunjungi teman di Bandung. Tapi, tetap dengan membaca kartu-kartu pertanyaan interview di sepanjang perjalanan ke Bandung (Terimakasih bang Syarif, M.Si buat rumah dan guide tournya..haha). Keesokan harinya, kembali ke Jakarta dengan kondisi sakit perut karena mulut yang tidak bertanggung jawab menampung semua makanan.
25 Agustus 2015. Berangkat dari Mampang ke Sudirman dengan kondisi tidak tidur satu malaman karena sakit perut yang super sekali. Alhamdulillah aku tiba di gedung AMINEF lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Sebelumnya aku sudah memprediksikan waktu dengan cermat karena (sekali lagi) aku bukan tipikal orang yang bisa terburu-buru kalau tidak mau semuanya buyarrrrr. Bagiku, kantor itu sudah cukup familiar karena aku sudah beberapa kali singgah kesana. Sekitar beberapa menit duduk di ruang tunggu, akhirnya namaku dipanggil pihak panitia (Sepertinya aku peserta wawancara pertama di hari itu).  Mbak itu mempersilahkan aku masuk ke ruang interview...dag.dig.dug
Me                                       : Good morning
All                                       : Morning. Take a seat, please.
Me                                       : Thanks.
AMINEF Officer                 : Guntar, They are all interviewers. Bla bla bla....
Mbak itu mengenalkan masing-masing interviewer dengan background pendidikan mereka. Ternyata, mereka semua adalah para fulbrighter. Interview berjalan dengan lancar dan singkat. Semua pertanyaan berasal dari aplikasi yang kukirimkan dan alhamdulillah bisa dijawab dengan baik. Setelah sesi interview selesai, aku langsung bergerak menuju Masjid Istiqlal. Di mesjid itu, aku mencurahkan semua isi hati ke sang pemilik hati. dan plonggg rasanya. Aku sudah mempersiapkan yang terbaik dan mengeksekusinya dengan apik. Tugasku selesai sudah. Medan, I’m back!


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mahasiswa ak-ce-be : (aktif - cerdas - berprestasi)